Selasa, 03 Januari 2012

Tuntutan Bagi Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Selain bimbingan di sekolah, bimbingan dirumah sangat penting, karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
Menurut Shochib dalam (Arif, 2010: 1), menyebutkan ada delapan yang perlu dilakukan orang tua dalam membimbing anaknya; pertama, perilaku yang patut dicontoh. Artinya, setiap perilakunya tidak sekedar bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya. Oleh karena itu pengaktualisasiannya harus senantiasa dirujukan pada ketaatan pada nilai-nilai moral.
Kedua, kesadaran diri ini juga harus ditularkan pada anak-anaknya dengan mendorong mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun nonverbal tentang prilaku yang taat moral. Karena dengan komunikasi yang dialogis akan menjembatani kesenjangan dan tujuan diantara dirinya dan anak-anaknya.
Ketiga, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan permasalan, berkenaan dengan nilai-nilai moral. Dengan perkataan lain orang tua telah mampu melakukan kontrol terhadap perilaku-perilaku anak-anaknya agar tetap memiliki dan meningkatkan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku.
Keempat, upaya selanjutnya untuk menyuburkan ketaatan anak-anak terhadap nilai-nilai moral data diaktualisasikan dalam menata lingkungan fisik yang disebut momen fisik. Hal ini data mendukung terciptanya iklim yang mengundang anak berdialog terhadap nilai-nilai moral yang dikemasnya. Misalnya adanya hiasan dinding, mushola, lemari atau rak-rak buku yang berisi buku agama yang mencerminkan nafas agama; ruangan yang bersih, teratur, dan barang-barang yang tertata rapi mencerminkan nafas keteraturan dan kebersihan; pengaturan tempat belajar dan suasana yang sunyi mencerminkan nafas kenyamanan dan ketenangan anak dalam melakukan belajar, pemilihan tempat tinggal dapat berisonansi untuk mengaktifkan, menggumulkan, dan menggulatkan anak-anak dengan nilai-nilai moral.
Kelima, penataan lingkungan fisik yang melibatkan anak-anak dan berangkat dari dunianya akan menjadikan anak semakin kokoh dalam kepemilikan terhadap nilai-nilai moral dan semakin terundang untuk meningkatkannya. Hal tersebut akan terjadi jika orang tua dapat mengupayakan anak-anak untuk semakin dekat, akrab, dan intim dengan nilai-nilai moral.
Keenam, penataan lingkungan sosial dapat menghadirkan situasi kebersamaan antara anak-anak dengan orang tua. Situasi kebersamaan merupakan sarat utama bagi terciptanya penghayatan dan pertemuan makna antara orang tua dan anak-anak. Pertemuan makna ini merupakan kulminasi dari penataan lingkungan sosial yang berindikasikan penataan lingkungan pendidikan.
Ketujuh, penataan lingkungan pendidikan akan semakin bermakna bagi anak jika mampu menghadirkan iklim yang menggelitik dan mendorong kejiwaannya untuk mempelajari nilai-nilai moral
.
Kedelapan, penataan suasana psikologis semakin kokoh jika nilai-nilai moral secara transparan dijabarkan dan diterjemahkan menjadi tatanan sosial dan budaya dalam kehidupan keluarga. Inilah yang dinamakan penataan sosiobudaya dalam keluarga.
Dari kedelapan pola pembinaan terhadap anak di atas sangat diperlukan sebagai panduan dalam membuat perubahan dan pertumbuhan anak, memelihara harga diri anak, dan dalam menjaga hubungan erat antara orang tua dengan anak. Selain dari kesemuanya itu, tuntutan terhadap orang tua yang diperlukan anak diantaranya; dukungan orang tua, kerja sama dengan guru di sekolah, penyediaan waktu cukup banyak dengan anak, mengawasi kegiatan belajar anak di rumah, mengajari anak bertanggung jawab di rumah, memraktekan disiplin dengan tegas namun penuh cinta, menjaga kesehatan anak agar berprestasi, dan tentunya menjadi teman terbaiknya.

Oleh: Indra Rakhman, S.Pd.
Referensi:
 
Arif (2010). Peranan Orang tua terhadap anak.  [Online], Tersedia: http://mtsdarululumlido.com/?p=138 [02 April 2011]

Emaniar, R. (2008). Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak. . [Online]. Tersedia: http://www.bungakehidupan.or.id/files/29-42-peranan-orang-tua-dalam-mendidik-anak.html [02 April 2011]

Chalke, S. (2009). How to Succeed as a Parent: Panduan praktis mengasuh anak dengan sukses. London: Hodder & Stoughton
         
Gunarsa, S. D. (1999). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Purwanto, N. (2007). Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sadulloh, U., Robandi, B., dan Muharam, A. (2007) PEDAGOGIK. Bandung: Cipta Utama

Tim Fokusmedia. (2009). Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Bandung: Fokusmedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, terima kasih...