GARUT, (PRLM).- Puluhan murid kelas V SDN Sukamukti 1 di Kampung Tarikolot, Desa Sukamukti, Kecamatan Banyuresmi, terpaksa belajar di tenda darurat Senin, (27/2). Kondisi tersebut terpaksa dijalani oleh para murid setelah ruang kelas yang biasa mereka gunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) ambruk.
Berdasarkan pemantauan, sedikitnya 40 murid SD itu belajar di bawah tenda darurat sumbangan Koramil dan Polsek setempat. Di dekat mereka, para pekerja meratakan bangunan ruang kelas yang ambruk.
Seorang siswa kelas V SDN Sukamukti 1, Dini Handayani mengungkapkan, kondisi tersebut membuat dia bersama temab-temanya tidak nyaman belajar. Dia berharap, ruang kelas baru dibangun supaya mereka bisa kembali belajar dengan tenang.
"Dingin, ribut, kalau belajar di luar. Saya sangat ingin bisa belajar di dalam kelas kembali. Kalau di tenda, saya takut buku-buku saya menjadi basah bila terkena hujan. Sekarang ini sedang musim hujan," ujarnya.
Keluhan yang sama diungkapkan murid lainya, Hani Nurhofifah. Meski tidak nyaman dengan kondisi yang dialami, para murid itu kemungkinan masih akan belajar di tenda dalam waktu tidak sebentar karena bangunan kelas baru belum pasti dibangun, sementara jumlah ruang kelas yang tersisa tidak mencukupi.
Kepala SDN Sukamukti 1 Aminah sangat mengharapkan bantuan pemerintah agar ruang kelas yang ambruk bisa segera dibangun. Dia khawatir, keselamatan murid juga bisa terancam ketika belajar di luar kelas karena cuaca ekstrem hujan deras dan angin puting beliung masih berpotensi kembali terjadi di Garut. "Kami khawatir dengan kondisi anak-anak kalau terlalu lama belajar di luar kelas. Apalagi cuaca sedang ekstrem, kemarin ada puting beliung, hujan deras, angin juga kencang," ungkap Aminah.
Dia mengatakan, ruang kelas tersebut ambruk pada Sabtu (25/2) sore sekitar pukul 16.00 saat aktivitas KBM sudah selesai. Tidak ada korban jiwa saat ruang kelas tersebut ambruk.
Menurut Aminah, ruangan kelas yang didirikan sejak tahun 1970 silam ini belum pernah direnovasi secara menyeluruh. Akibatnya, konstruksi bangunan lapuk dan rapuh. “Renovasi baru satu kali, pada bagian atap pada tahun 1990 dan hanya empat kelas saja pada bagian atap, yakni kelas I hingga kelas IV saja. Sementara bagian dindingnya belum tersentuh perbaikan, masih rapuh" paparnya.
Lebih lanjut Aminah mengungkapkan, pihak sekolah sudah pernah melayangkan permintaan bantuan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Garut untuk direnovasi pada tahun 2007 lalu. Apalagi, jumlah murid terus bertambah mencapai 202 orang. Namun, sampai akhirnya bangunan ruang ambruk, bantuan tidak kunjung datang. “Sebelum ambruk, pernah ada pendataan, namun belum juga diperbaiki. Saya mohon agar pemerintah segera membantu memperbaiki ruangan kelas sekolah kami. Kondisi ini jelas sangat mengganggu aktivitas belajar dan kesehatan para murid,” ungkapnya. (A-168/A-147)***